Example floating
Example floating
Provinsi Papua selatan

KH Cholil Nafis Disambut Meriah di Merauke: “Pembangunan Indonesia Bisa Dimulai dari Bumi Anim Ha”

Avatar photo
130
×

KH Cholil Nafis Disambut Meriah di Merauke: “Pembangunan Indonesia Bisa Dimulai dari Bumi Anim Ha”

Sebarkan artikel ini

MERAUKE_C7.Com

Suasana hangat dan penuh semangat menyambut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Muhammad Cholil Nafis, saat tiba di Merauke, Papua Selatan, Jumat (9/5/2025) pagi. Tak sekadar kunjungan biasa, kedatangan tokoh ulama nasional ini membawa misi besar: membentuk struktur MUI Provinsi Papua Selatan.

Disambut langsung oleh Wakil Gubernur Papua Selatan dan Wakil Bupati Merauke, suasana penyambutan terasa akrab dan penuh makna. Senyuman lepas dan sapaan hangat menjadi simbol kuatnya kolaborasi antara pemerintah daerah dan tokoh agama nasional dalam membangun Papua Selatan—bukan hanya secara fisik, tetapi juga spiritual.

“Di Sini, Perempuan Juga Bisa Jadi Pemimpin”

Dalam keterangannya, KH Cholil memberikan apresiasi terhadap peran perempuan dalam kepemimpinan di wilayah paling timur Indonesia ini.

“Saya senang sekali disambut hangat oleh Pak Wagub dan Bu Wagub. Dan saya juga bangga, di Papua Selatan ini perempuan bisa jadi pemimpin. Ini bukti nyata emansipasi berjalan,” ujarnya.

Tak hanya itu, ia juga memuji suasana toleransi yang hidup di Merauke. Baginya, Papua Selatan punya semangat kebhinekaan yang kuat—dan itu modal besar untuk membangun daerah yang damai dan maju.

KH Cholil menyampaikan bahwa pembentukan MUI Papua Selatan bukan sekadar memenuhi struktur kelembagaan. Baginya, ini adalah awal baru bagi perjalanan spiritual dan kebangsaan di provinsi hasil pemekaran ini.

“Merauke ini bukan hanya batas timur Indonesia. Justru dari sinilah, pembangunan Indonesia bisa dimulai. Dari Bumi Anim Ha, semangat Pancasila bisa mengakar kuat,” tegasnya penuh semangat.

Ia menekankan bahwa kehadiran MUI harus selaras dengan kearifan lokal. “Islam itu harus hadir membumi, bukan mendominasi. Harus bisa berdialog dengan adat, bukan menggantinya,” ucapnya.

Sambil tersenyum, KH Cholil juga menyinggung hal-hal ringan namun penting, seperti sertifikasi halal di Papua Selatan. Ia membuka wacana agar MUI daerah bisa berperan dalam memberi fatwa halal, tentunya dengan koordinasi pusat dan tetap berlandaskan budaya lokal.

Menariknya, ia menutup dengan candaan khas soal makanan.

“Saya katanya mau dijamu dengan kepiting dan sate rusa. Itu luar biasa! Tapi ini juga bukti, bahwa setiap daerah punya kearifan kuliner yang harus dihormati. Kita bisa berbeda selera, tapi tetap satu dalam rasa kebangsaan,” tuturnya.

Toleransi, Emansipasi, dan Semangat Indonesia Timur

KH Cholil berharap MUI Papua Selatan nantinya tak hanya menjadi lembaga keagamaan, tapi juga mitra strategis dalam pembangunan karakter dan menjaga harmoni sosial.

“Toleransi itu nyata di sini. Emansipasi juga. Papua Selatan bisa jadi contoh, bahwa harmoni antarumat dan kemajuan daerah bisa berjalan beriringan,” tutupnya.

Agenda pembentukan MUI Papua Selatan akan berlangsung esok hari selama dua hari yang dirangkai dengan Musda 1, menandai babak baru peran ulama di tanah Anim Ha—tanah di mana Pancasila hidup dalam keragaman dan kebersamaan. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *